Waspadai Obral Hasil Survei Abal-abal di Pilbup Kediri 2024

Kediri | pledoi.co

Kemunculan hasil survei lembaga survei patut diwaspadai sebagai upaya propaganda politik.
Masyarakat Kabupaten Kediri harus cerdas mencermati kredibilitas lembaga yang mempublikasikan hasil survei, agar tak mudah terkecoh, apalagi sampai salah menentukan pilihan politik.

Beberapa hari ini, muncul hasil survei dari Saiful Mujani yang menempatkan pasangan Hanindhito Himawan Pramana-Dewi Maria Ulfa sebesar 79,6 % , sementara pasangan H.Deny Widyanarko – Hj.Mudawamah hanya mendapatkan 13 % sedangkan Tidak Tahu (TT) mencapai 7,5 %.

Sesaat memang masyarakat agak terkejut dan bingung melihat hasil lembaga survei yang di luar nalar itu.

Dalam catatan masyarakat Kabupaten Kediri, berdasarkan hasil Pilbup pada tahun 2020, perolehan Dhito-Dewi mendapatkan 590.317 suara atau 76,5 %, sedangkan Bumbung Kosong memperoleh 181.423 suara atau 23, 5 %

Namun menurut hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), menempatkan Dhito-Dewi 79,6%, Deny-Mudawamah 13% dan TT/T ( tidak tahu ) 7,5 %.

Dosen Hukum Tata Negara Universitas Pangeraan Diponegoro Nganjuk, DR.Samsul.Munir, SH, M.Ag., sempat mempertanyakan hasil survei dari SMRC itu.” Hasil survei itu, saya pikir patut untuk dipertanyakan, dan sebagai bagaian dari masyarakat akademis, sah-sah saja jika hal itu dipertanyakan, setidak-tidaknya terkait dengan data yang diolah oleh lembaga tersebut yang menunjukkan jumlah 100,1%. Pertanyaan ini sebenarnya masih bersifat luaran dari data akumulatif hasil survey yang beredar di masyarakat. Lebih lanjut, pertanyaan lain yang berkaitan dengan basis fakta sosial secara historis, saya pikir juga perlu diajukan untuk menguji validitas hasil survey itu.” katanya.

Melihat hasil survei tersebut, pakar Hukum Tata Negara yang akrab disapa Gus Munir itu mengajak masyarakat Kediri untuk untuk berfikir cerdas. “Dengan tanpa lawan pasangan calon saja dan didukung seluruh partai, perolehan suara Dhito-Dewi di tahun 2020 kemarin hanya 76,5 %. Sekarang, dengan adanya lawan pasangan calon, Nomor 1 Deny Widyanarko – Hj.Mudawamah, masak malah naik. Apa mungkin justru lebih tinggi suaranya, apa mungkin?. Sekali lagi, pertanyaan-pertanyaan demikian sah-sah saja untuk diajukan.

Gus Munir juga mempertanyakan, apakah SMRC tidak menghitung kekuatan bumbung kosong, yang telah deklarasi mendukung dan siap memenangkan Deny-Mudawamah. “Kelompok Bumbung Kosong, sudah mendeklarasikan diri mendukung pasangan Deny-Mudawamah, jika suara bumbung kosong konsisten, maka setidaknya Deny-Mudawamah sudah berpotensi memperoleh 23,5 persen, apa itu diabaikan, ” ungkapnya.

Gus Munir juga mempertanyakan responden yang di pakai SMRC, sehingga muncul angka 79,6%, dari sini saja saya pikir sulit untuk diterima secara logis. “Jika suara PKB dan Suara NasDem konsisten antara Pileg dengan Pilkada, maka Deny – Mudawamah, setidaknya mendapatkan tambahan suara dari konstituen PKB dan NasDem. Kalau dikalkulasi, PKB memperoleh 9 kursi dewan, NasDem 4 kursi. Kalau di konversi 13 kursi itu setara dengan sekitar 190.000 suara, ” tuturnya.

Bahkan, yang membuat Gus Munir terheran-heran ketika melihat pemilih dari kaum Nahdliyin, sedangkan Cawabup Nomor 1 Hj.Mudawamah adalah ketua PC Muslimat NU Kabupaten Kediri. ” Tentu Bu Mudawamah ini lebih berpotensi sebagai representasi dari suara Nahdliyin, khususnya Muslimat, yang selama ini berpencar ke berbagai partai. Ini hampir bisa dipastikan mendukung Mudawamah sebagai pasangan Deny. Maka perolehan suara tambahannya akan cukup signifikan.

Reporter: Aji M :

Leave a Reply

Your email address will not be published.