Puluhan Hektar Lahan Sawah di Kabupaten Kediri Beralih Sistem Pertanian Organik
Kediri | pledoi.co
Sedikitnya 13 hektere tanah pertanian di Kabupaten Kediri beralih ke pertanian organik, para petani tidak lagi ketergantungan dengan pupuk kimia.
Buktinya, sejumlah petani di Desa Tirukidul, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri sudah panen perdana hasil pertanian organik.
Sistem bercocok tanam non kimiawi ini mulai dikembangkan, sejak mereka mengikuti sekolah lapang Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) setempat.
Karno, Ketua Kelompok Tani setempat mengatakan,
Panen perdana dilakukan petani satu petak sawah seluas 240 ru di Dusun Kwarasan. Dalam panen padi tersebut, petani secara bersamaan Dinas Pertanian Perkebunan (Dispertabun), Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) juga Anggota DPRD Kabupaten Kediri dari Komisi III Assabiq. “Ini baru awal kami memulai pertanian organik. Kami panen bareng dengan sistem kimiawi. Setelah kami bandingkan, hasilnya memang lebih sedikit. Namun selisihnya hanya 0,4 persen saja, ” katanya Jumat (13/8/2021)
Lebih lanjut Karno menuturkan, pada pertanian organik, tanaman padi terlihat lebih tinggi dan butiran gabahnya jauh lebih banyak. “Para petani ini memilih untuk beralih ke pertanian organik, setelah biaya untuk bercocok tanam secara konvensional sangat tinggi. Ditambah lagi adanya kelangkaan pupuk bersubsidi yang masih terus terjadi.
Meskipun hasil pertanian organik kualitasnya lebih baik, tetapi menurut petani, mereka masih kesulitan untuk memasarkan produk organik. Mereka hanya sanggup menjual secara konvensional. ” Sehingga beras organik dihargai sama oleh konsumen. Padahal, produk organik terbebas dari bahan pestisida yang dapat menganggu kesehatan, ” tuturnya
Kasi Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian Kabupaten Kediri Sahad Tua Panjaitan mengatakan, saat ini tercatat ada 13 hektar sawah konvensional yang kini beralih menjadi pertanian organik. Semangat petani untuk mengganti sistem cocok tanam ini, tidak lepas dari program Sekolah Lapang Pertanian yang selama ini digencarkan. “Kami menyadari hasilnya masih kurang maksimal, karena baru pertama kali. Kontur tanah yang sebelumnya mendapat pupuk kimia serta pestisida, akan semakin membaik dengan perlakuan secara organik. Sehingga, kami yakin hasil kedepannya bakal semakin baik,” jelas Sahad Tua.
Lebih jauh Sahad Tua menambahkan, dalam pengembangan pertanian organik, Dispertabun melakukan pendampingan terhadap para petani. “Dispertabun juga memfasilitasi pemasaran produk pertanian organik melalui pendirian Gerai Serambi Tani dan sistem penjualan online, ” tuturnya.
Sementara itu, peralihan sistem pertanian yang dilakukan petani di Desa Tiru Kidul ini mendapat pujian dari kalangan DPRD. Anggota Komisi III DPRD Assabiq memberi apresiasi kepada Dispertabun yang mendampingi petani melalui Sekolah Lapang, sehingga program pertanian organik bisa semakin dikembangkan.
“Kami akan berusaha mensejahterakan para petani. Salah satunya dengan mendukung program pertanian organik ini. Sistem pertanian non kimia sebagai salah satu jawaban kesulitan petani dalam mendapatkan pupuk subsidi yang selama ini mereka keluhkan kepada kami,”kata Assabiq.
(adv Diskominfo)